Harga Sembako Jogja Hari Ini 30 Oktober 2025: Cabai dan Ayam Berubah

Kamis, 30 Oktober 2025 | 16:00:09 WIB
Harga Sembako Jogja Hari Ini 30 Oktober 2025: Cabai dan Ayam Berubah

JAKARTA - Harga sembako di Kota Jogja terus mengalami perubahan yang signifikan setiap harinya. Bagi masyarakat, informasi ini sangat penting agar bisa menyesuaikan anggaran belanja pangan sehari-hari.

Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) yang dikelola Bank Indonesia per Kamis, 30 Oktober 2025 pukul 12.06 WIB, sejumlah cabai naik harga secara kompak. Cabai merah keriting, cabai rawit hijau, dan cabai rawit merah mengalami kenaikan, sementara daging ayam ras justru menurun.

Daging ayam ras yang sebelumnya turun pada 28 Oktober kembali merosot, dari Rp 36.250 menjadi Rp 35.750 per kilogram. Tren ini sejalan dengan rata-rata nasional, di mana harga ayam menurun dari Rp 38.150 menjadi Rp 37.950 per kilogram.

Sebaliknya, cabai merah keriting naik dari Rp 48.000 menjadi Rp 48.750/kg. Cabai rawit hijau bertambah Rp 1.250 menjadi Rp 27.250/kg, dan cabai rawit merah naik 1,6% menjadi Rp 30.250/kg.

Selain cabai dan ayam, beberapa bahan pangan lain juga mengalami pergerakan harga. Bawang merah ukuran sedang dijual Rp 41.500/kg, bawang putih Rp 39.500/kg, dan berbagai jenis beras berkisar Rp 12.150–16.000/kg tergantung kualitas.

Data Harga Sembako Versi Bapanas

Selain PIHPS, Badan Pangan Nasional (Bapanas) juga mencatat perubahan harga sembako melalui aplikasi Panel Harga. Pada Kamis, 30 Oktober 2025 pukul 12.15 WIB, cabai merah keriting, cabai merah besar, dan cabai rawit merah kembali naik harga.

Tepung terigu curah juga mengalami kenaikan dari Rp 10.875 menjadi Rp 11.250/kg, sedangkan telur ayam ras turun menjadi Rp 29.625/kg. Hal ini menunjukkan bahwa fluktuasi harga tidak hanya dipengaruhi satu jenis bahan pokok, melainkan banyak faktor yang saling berkaitan.

Harga beras premium di Bapanas tercatat Rp 14.500/kg, beras medium Rp 12.913/kg, dan beras SPHP Rp 12.500/kg. Sementara itu, kedelai biji kering impor dijual Rp 9.200/kg, dan minyak goreng kemasan Rp 19.182/liter.

Bawang merah turun dari Rp 33.143 menjadi Rp 33.000/kg, bawang putih bonggol turun dari Rp 30.714 menjadi Rp 29.429/kg. Sementara cabai merah keriting naik dari Rp 44.714 menjadi Rp 46.857/kg, cabai merah besar naik Rp 2.143 menjadi Rp 46.857/kg.

Harga daging ayam ras versi Bapanas naik tipis menjadi Rp 35.000/kg, sedangkan daging sapi murni dijual Rp 130.000/kg. Gula konsumsi turun menjadi Rp 17.182/kg, dan minyak goreng curah Rp 17.143/liter.

Perlu dicatat, harga yang tercatat bisa berbeda di pasar karena disparitas antarpedagang dan lokasi. Data final Bapanas biasanya diperbarui setiap pukul 13.00 WIB, sehingga pergerakan harga masih memungkinkan.

Penyebab Fluktuasi Harga Sembako

Perubahan harga sembako tidak terjadi tanpa alasan. Faktor utama adalah ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran yang sangat dipengaruhi kondisi alam dan produksi pertanian.

Permintaan masyarakat yang terus meningkat mendorong kenaikan harga bahan pangan. Sementara itu, gangguan pada produksi seperti perubahan iklim, serangan hama, atau alih fungsi lahan dapat menurunkan jumlah pasokan dan menyebabkan harga melonjak.

Harga dibentuk lebih dominan dari sisi penawaran karena permintaan biasanya mengikuti ketersediaan barang. Jika pasokan rendah dan permintaan tetap tinggi, harga akan naik. Sebaliknya, saat pasokan melimpah, harga akan turun.

Contohnya, cabai merah rawit bisa mengalami lonjakan harga saat musim hujan karena risiko gagal panen akibat busuk atau hama. Sebaliknya, saat musim kemarau, panen lebih banyak sehingga harga cenderung menurun.

Nur Azizah Nasution dalam jurnal “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kenaikan Harga Sembako” menjelaskan tiga faktor utama fluktuasi. Pertama, faktor produksi: harga mahal saat permintaan tinggi tetapi penawaran sedikit, sebaliknya harga murah saat permintaan rendah tetapi penawaran tinggi.

Kedua, faktor distribusi: semakin panjang dan rumit proses distribusi, harga semakin tinggi. Ketiga, jumlah pedagang: persaingan yang tinggi biasanya membuat harga lebih stabil, sementara jika hanya ada sedikit pedagang, harga bisa ekstrem.

Selain itu, kondisi pasar lokal, transportasi, dan infrastruktur juga memengaruhi harga harian sembako. Biaya distribusi dan penyimpanan dapat menambah beban harga yang dibayar konsumen di pasaran.

Dampak Bagi Konsumen dan Strategi Belanja

Bagi konsumen, perubahan harga harian menuntut perencanaan belanja lebih cermat. Memahami tren harga cabai, ayam, dan bahan pokok lainnya membantu masyarakat mengatur prioritas belanja sehari-hari.

Misalnya, saat harga cabai naik, konsumen bisa menunda pembelian atau mengganti dengan jenis cabai lain yang lebih murah. Begitu pula saat harga ayam turun, pembelian bisa ditingkatkan untuk kebutuhan beberapa hari ke depan.

Kenaikan harga sembako juga berdampak pada inflasi lokal. Kota-kota seperti Jogja perlu memantau pergerakan harga bahan pokok agar daya beli masyarakat tidak terlalu tertekan.

Selain itu, pemerintah daerah dan pedagang diharapkan aktif menginformasikan harga terbaru. Sistem informasi harga seperti PIHPS dan Bapanas menjadi alat penting agar masyarakat bisa membeli sembako dengan perencanaan matang.

Dengan informasi ini, masyarakat Jogja bisa menyesuaikan strategi belanja dan menjaga anggaran rumah tangga tetap seimbang. Meskipun harga sembako berubah-ubah, pemahaman tren dan faktor penyebabnya membantu warga tetap cerdas dalam mengatur konsumsi pangan sehari-hari.

Terkini